Sabtu, 19 Februari 2011

Diperkirakan Indonesia adalah Benua Atlantis yang hilang...


Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang
filsafat Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan
Timaeus
Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan
selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana
kalian dapat pergi ke pulau lainnya,
di depan pulau-pulau itu adalah
seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan
Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan
banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar
laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam
semalam.
Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari
Critias mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli
filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam
dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki
Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani
bernama Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling bijaksana di
antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling
Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.
Garis
besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas
Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga
dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak
yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan
dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan
emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya
memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang
sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya
tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika.
Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.
Jika
dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa
Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan
teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah
bangsa yang besar dan mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian
saya mempunyai pertanyaan, apakah itu hanya sebuah cerita untuk
pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai bukti2
kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada dalam
kehidupan di bumi ini?
Terdapat beberapa catatan tentang usaha
para ilmuwan dan orang-orang dalam pencarian untuk membuktikan bahwa
Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi
Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun
yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan
Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri.
Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal
setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan
tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata,
nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika
semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000
tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah
kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh
minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun
1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik,
di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah
berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
Suatu
hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di
gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang,
tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan
kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar
laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun
ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun
dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan
menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu
dan
ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya
cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?
Awal
tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok
peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800
meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar
sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas
dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan
Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Tahun
1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto
yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia.
Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan
Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih
menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda.
Panjang
piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak
piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar
dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang
raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar
lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang
Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang
Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga
terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan
Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota
kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh
mereka berdua, ada dataran, jalan
besar vertikal dan horizontal serta
lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil,
bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan mutlak percaya terhadap
apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang
dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?
Yang lebih
menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos,
seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah
wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya
selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost
Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost
Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah,
cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya
menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi
sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh
Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos
menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang
membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai
pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan
dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Sedangkan menurut Plato
Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang
secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia
masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan
meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian
besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah
sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di
antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung
Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di
Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan
puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di
kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian
Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos
berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu
berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung
berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera
sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung
berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan
luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai
benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh
gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan
gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam
usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak
Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi
bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang
katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos.
Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak
berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu
tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed
magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya
lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa
kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa
lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos
dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau
panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah
Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi,
Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah
atau sedang aktif kembali.
Ini ada lagi yang lebih unik dari
Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk menguak misteri Atlantis.
Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat
kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid
Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya
masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara
gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah
memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini
adalah ingatan Inggrid Bennette.
Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam
kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang
berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita
“Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit
listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang
bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di
tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar
hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya
melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem
operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati,
memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini
adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang
lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung
lainnya wanita.
Rambut saya panjang berwarna emas, rambut
digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut
disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas
punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata rambut, ini
adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang Atlantis
adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat
memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal
yang utama dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang,
menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah
disilang di depan dada. Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek,
sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan
bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa
itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini hanya menunjukkan
sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada juga yang
mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, mereka
mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan.
Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh,
warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.
Berkomunikasi dengan Hewan
Saya
sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di
sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau besar
yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah danau.
Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area danau
dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang hari lumba-lumba
berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke lautan
luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang
sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami.
Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta
keharmonisan masyarakat kami. Hanya sedikit orang pergi mendengarkan
bahasa intelek lumba-lumba. Saya sering berenang bersama mereka,
mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, serta mendengarkan nasihat
mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui telepati. Energi mereka
membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku kekuatan. Saya dapat
berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya ingin pergi ke
padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan memusatkan
pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang ringan,
saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.
Saya
paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti
kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di
atas kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat
hubungan telepati. Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami
acap kali bertukar pikiran, misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn
akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari bersama, rambut kami berterbangan
tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, damai menimbulkan rasa hormat.
Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi mempunyai pikiran atau
maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan tetap demikian.
Saya
sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali
tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa
mengatakan kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada
keseimbangan dan keharmonisan, semua orang saling menerima, saling
mencintai, saat itu Unicorn akan kembali”.
Lingkungan yang Indah Permai
Di
timur laut Atlantis terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas.
Padang rumput ini menyebarkan aroma wangi yang lembut, dan saya suka
duduk bermeditasi di sana. Aromanya begitu hangat. Kegunaan dari bunga
segar sangat banyak, maka ditanam secara luas. Misalnya, bunga yang
berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan saja sangat menggoda
secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. Padang rumput
ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan berkualitas
tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka sejak
tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.
Di
lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah.
Serendah apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting
di dalam masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan
memuji kemampuan orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam
jenis kacang-kacangan juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah
ahli botani, ahli gizi dan pakar makanan lainnya. Mereka bertanggung
jawab menyediakan makanan bagi segenap peradaban kami.
Sebagian
besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun dan
tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap
stabil. Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan
pekerjaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka.
Orang Atlantis menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini
membuat emosi (perasaan) mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana
hati saat depresi dapat diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh
manusia terlahir untuk pekerjaan fisik, hal tersebut telah dibuktikan.
Namun, selalu ada pengecualian, misalnya lelaki yang kewanitaan atau
sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan membimbing orang-orang ini
bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap orang akan menuju ke
kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini merupakan hal yang
paling mendasar.
Seluruh kehidupan Atlantis merupakan
himpunan keharmonisan yang tak terikat secara universal bagi
tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap orang merupakan
partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka sangat
dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas
perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya.
Jarang ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.
Teknologi yang Tinggi
Di
Atlantis ada sarana terbang yang modelnya mirip “piring terbang” (UFO),
mereka menggunakan medan magnet mengendalikan energi perputaran dan
pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa digunakan untuk perjalanan
jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan katrol yang dapat
ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip seperti kapal
hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga menggunakan
medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah tangga
atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama
menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”
Atlantis
adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi
menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian
besar informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin,
mereka memiliki kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip
dengan stasiun satelit penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan
mereka adalah duduk dan menerima informasi yang disalurkan dari tempat
lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara saya mengoperasikan kristal
besar, juga dikerjakan melalui hati.
Pengobatan yang Maju
Dalam
peradaban ini, tidak ada penyakit yang parah. Metode pengobatan yang
digunakan, semuanya menggunakan kristal, warna, musik, wewangian dan
paduan ramuan, dengan mengembangkan efektivitas pengobatan secara
keseluruhan.
Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak
kamarnya. Saat penderita masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok.
Lalu pasien diarahkan ke sebuah kamar khusus untuk menentukan
pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang terlatih baik dan
berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi frekwensi getaran
pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di kamar
tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar,
sedangkan asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai
untuk pasien.
Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi,
kristal khusus akan diletakkan di pasien. Seluruh kamar penuh dengan
wewangian yang lembut, terakhir akan tampak sebuah warna. Selanjutnya,
pasien diminta merenung, agar energi pengobatan meresap ke dalam tubuh.
Dengan demikian, semua indera yang ada akan sehat kembali, “warna”
menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan” menyembuhkan
indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera pendengaran,
dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi
selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan
seberkas sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh
bagai telah terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan
magnet” dan “energi matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara
fisik dan kejiwaan.
Pendidikan Anak yang Ketat
Saat bayi masih
dalam kandungan, sudah diberikan suara, musik serta bimbingan
kecerdasan pada zaman itu. Semasa dalam kandungan, “orang pintar” akan
memberikan pengarahan kepada orang tua sang calon anak. Sejak sang bayi
lahir, orang tua merawat dan mendidiknya di rumah, menyayangi dan
mencintai anak mereka. Di siang hari, anak-anak akan dititipkan di
tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, melihat getaran warna
dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran positif dan
kisah bertema filosofis.
Pusat pendidikan anak, terdapat di
setiap tempat. Anak-anak dididik untuk menjadi makhluk hidup yang
memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka pikiran, agar jasmani dan
rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan anak, orang
pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi
terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika
usia mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan
merupakan tugas yang didambakan setiap orang.
Di seluruh wilayah,
setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. Mereka menerima
pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah terdapat
lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran
utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau
duduk, sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode
lainnya adalah merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai
mata ditayangkan berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode
visualisasi seperti ini sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita
kaset bawah sadar. Saat tubuh dan otak dalam keadaan rileks, pengetahuan
mengalir masuk ke bagian memori otak besar. Ini merupakan salah satu
metode belajar yang paling efektif, sebab ia telah menutup semua jalur
informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang pintar” membimbing si
murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, dan memudahkan
melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap anak
memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.
Pemikiran
maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam
masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka.
Semakin tinggi tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi
getaran pada jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren,
maka semakin mencerminkan kesadaran ekstrinsik maupun kesadaran
terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka wawasan dunia yang
positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut pada
keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir
orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak
dibenarkan.
Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak
aman dan tenang. Karakter leluhur kami yang tak beradab masih saja
mempengaruhi masyarakat kami waktu itu. Misalnya, memilih binatang untuk
percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan keras melarang mencampuri
kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada risikonya, namun kita tidak
boleh memaksa atau menghukum orang lain, sebab setiap orang harus
bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada masyarakat
itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat
seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia
adalah pelindung kami.
Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya
tidak bersuami. Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan.
Jika Anda bermaksud mengikat seseorang, maka akan melaksanakan sebuah
upacara pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali tidak ada efek hukum
atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada perasaan hati.
Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk mempertahankan
kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan akan seks,
inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian
penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur.
Ini adalah bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula
tubuh kami secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat
hidup hingga berusia 200 tahun lamanya.
Ada juga yang orang
berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah manusia separuh
hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di saat itu,
orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi
keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan
hal ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar
mengetahui bahwa ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada
masyarakat kami, orang-orang sangat cemas dan takut terhadap hal ini,
tetapi tidak ada tindakan preventif. Ini sangat besar hubungannya dengan
keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan seseorang
tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi orang lain. Orang yang
memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan keseimbangan pada
jiwanya, dan dianggap tidak matang.
Teknologi Maju yang Lalim
Pada
masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal.
Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun, adalah
sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik
terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan.
Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara
disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi
udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.
Empat
unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling
fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling
stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar
hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka
“mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi
bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah
mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang
lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur
pokok dasar pada bintang tersebut.
Menjelang Hari Kiamat
Ramalan
“kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang pintar dan
yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir dari
peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan
mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai
berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka
akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis
akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran,
Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu
saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu
lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat
yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami
dapat pergi dengan aman ke barat.
Banyak orang meninggalkan
Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai ke Mesir, ada juga
menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal perahu, ke daratan
baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan merupakan
bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan
kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari
lingkungan yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada
pendatang. Namun, setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan
yang “aneh”, mereka kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya
paling tidak telah memberi tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di
luar Atlantis.
Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal
energi tidak mengalami kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu
menyuplai energi ke kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup
oleh pelindung transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu
saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud
baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis,
sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa
abad.
Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari
terakhir, detik terakhir, bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung
berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras.
Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung
bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat
tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas
tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di
langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur,
kobaran api merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap,
kami sangat sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya
terbang ke arah terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan
sedang tenggelam. Air laut bergelora, menelan segalanya. Orang-orang
lari ke segala penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat pasti jatuh ke
dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti
sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang
kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah
menenggelamkan daratan.
Sumber Kehancuran
Lewat ingatan
Inggrid Benette, diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa
Atlantis, berbeda sekali dengan peradaban kita sekarang, bahkan
pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu pengetahuan modern,
sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang
dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban
sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan
dengan masa kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan,
bahkan mempunyai kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan
hewan, yang diperhatikan orang sekarang adalah pintar dan berbakat,
dicekoki berbagai pengetahuan, namun mengabaikan kekuatan dalam.
Bangsa
Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk
mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini
membuat peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan
penyebab utama tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai
punahnya peradaban Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato
menggambarkan kehancuran Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum
yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia,
keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia,
peraturan hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa
sebelumnya, tiang tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa
Laut. Namun masyarakat Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja
dewa palsu menjadi serakah, maunya hidup enak dan menolak kerja dengan
hidup berfoya-foya dan serba mewah.”
Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran
sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti
oleh gelora nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati
keberuntungan besar itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang
yang arif dapat melihat akhlak bangsa Atlantis yang makin hari makin
merosot, kebajikan mereka yang alamiah perlahan-lahan hilang, tapi
orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, tak dapat
membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas
karunia Tuhan.”
Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir
manusia, banyak yang tahu sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang
mengabaikannya, maka timbul kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak
dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil orang berbuat kesalahan tidak
begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika sebagian besar orang
“mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan” selanjutnya
diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan
salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia,
moral masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.
Kita
sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin
pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal
kehidupan hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia
materi yang nyata, dan mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna
kehidupan sejati, berangsur menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil,
seperti ilmuwan Atlantis, segelintir orang tunduk pada keserakahan,
tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan dan kemuliaan,
mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup. Apakah
kita sedang berbuat kesalahan yang sama?

Indonesia adalah Atlantis??


Legenda yang berkisah tentang “Atlantis”, pertama kali ditemui dalam
karangan filsafat Yunani kuno: Dua buah catatan dialog Plato (427-347
SM) yakni: buku Critias dan Timaeus. Pada buku Timaeus, Plato berkisah:
Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar,
dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu
adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah
kerajaan Atlantis.
Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena,
namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan
banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar
laut. Negara besar yang mempunyai peradaban tinggi itupun lenyap dalam
semalam. Satu bagian dalam dialog buku Critias, tercatat kisah Atlantis
yang dikisahkan oleh adik sepupu Critias. Critias adalah murid dari ahli
filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam
dialog.
Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias,
sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama
Solon ( 639-559 SM). Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7
mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari
tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis. Catatan dalam
dialog, secara garis besar seperti berikut ini:
Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut
Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang
menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung
banyaknya: istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding
perak. Dinding tembok dalam istana bertakhtakan emas, cemerlang dan
megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya memukau orang.
Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga
ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya
terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda
gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga
hilang dalam ingatan orang-orang.
Atlantis digambarkan sebagai peradaban dengan tingkat kemajuan
teknologi yang tinggi. Konon, Pesawat Terbang, Pendingin ruangan, batu
baterai, dll telah ada pada masa itu. Menurut perhitungan versi Plato,
waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun silam.
Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis
diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato
bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat
waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang
kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya
jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak
12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di
manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang
menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20
sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera
Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida
pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
Bukti2 arkeologi……
*Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di
sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan
bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut.
Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini,
tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar!
Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada
sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah
sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang
dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun
penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan
jalan posnya kerajaan Atlantis?
*Awal tahun ‘70-an, sekelompok peneliti telah tiba di sekitar
kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah mengambil inti karang
dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan
ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun
silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan,
begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat
tenggelamnya kerajaan Atlantis?
*Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8
lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya
manusia! Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?
*Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen
yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut”
laut Bermuda. Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang
lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya
berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah
piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang
menakjubkan mengalir di dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis?
Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis
membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat
piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
*Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah
areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua,
ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah
beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll.
Mereka berdua mengatakan: “Mutlak percaya, yang kami temukan adalah
Benua Atlantik! Sama persis seperti yang dilukiskan Plato!” Benarkah
itu?
Yang disayangkan, piramida dasar laut segitiga Bermuda, berhasil
diselidiki dari atas permukaan laut dengan menggunakan instrumen
canggih, hingga kini belum ada seorang pun ilmuwan dapat memastikan
apakah sebuah bangunan yang benar-benar dibangun oleh tenaga manusia,
sebab mungkin saja sebuah puncak gunung bawah air yang berbentuk limas.
Foto peninggalan bangunan kuno di dasar laut yang diambil tim
ekspedisi Rusia, juga tidak dapat membuktikan di sana adalah bekas
tempat kerajaan Atlantis. Setelah itu ada tim ekspedisi menyelam ke
dasar samudera jalan batu di dasar lautan Atlantik Pulau Bimini,
mengambil sampel “jalan batu” dan dilakukan penelitian laboratorium
serta dianalisa. Hasilnya menunjukkan, bahwa jalan batu ini umurnya
belum mencapai 10.000 tahun. Jika jalan ini dibuat oleh bangsa kerajaan
Atlantis, setidak-tidaknya tidak kurang dari 10.000 tahun.
Mengenai foto yang ditunjukkan kedua kelasi Norwegia itu, hingga kini
pun tidak dapat membuktikan apa-apa. Satu-satunya kesimpulan tepat yang
dapat diperoleh adalah benar ada sebuah daratan yang karam di dasar
laut Atlantik. Jika memang benar di atas laut Atlantik pernah ada
kerajaan Atlantis, dan kerajaan Atlantis memang benar tenggelam di dasar
laut Atlantik, maka di dasar laut Atlantik pasti dapat ditemukan
bekas-bekasnya. Hingga saat ini, kerajaan Atlantis tetap merupakan
sebuah misteri sepanjang masa.
Pernah sekitar thn 2003 lalu, nonton acara di Metro TV yang judulnya
Ultimate 10, pada saat itu membahas 10 Tempat Paling Misterius di Dunia,
dan ternyata Atlantis duduk pada urutan pertama di atas Misteri
Segitiga Bermuda dan Danau Loch. Dari situ aku baru tahu, klo Atlantis
memang Tempat Misterius nombor satu yang membuat orang-orang di dunia
penasaran setengah mati. Pada saat penayangan Atlantis, diputar sebuah
film dokumenteri mengenai pelacakan benua yang hilang tersebut oleh para
tim arkeolog.
Dan benar, dari apa yang aku saksikan didasar laut perairan dangkal
Karibia ditemukan semacam jalan setapak yang sangat panjang dengan
struktur yang sangat modern. Selain itu, diperairan tsb juga ditemukan
semacam bekas-bekas bangunan yang telah hancur! benarkah benua Atlantis
itu pernah ada sebelumnya??
LEMURIA
SELAIN Atlantis, ternyata masih ada peradaban serupa
yang diduga mengalami nasib yang sama dengan Atlantis. Lemuria atau Mu
merupakan peradaban kuno yg muncul terlebih dahulu sebelum peradaban
Atlantis. Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria disekitar
periode 75.000 SM – 11.000 SM.
Jika dilihat dari periode itu, Bangsa Atlantis dan Lemuria seharusnya
pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya. Gagasan Benua Lemuria
terlebih dahulu eksis dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat
diperoleh penjelasannya dari sebuah karya Augustus Le Plongeon
(1826-190,seorang peneliti dan penulis pada abad ke -19 yang
mengadakan penelitian terhadap situs2 purbakala peninggalan Bangsa Maya
di Yucatan.
Informasi tersebut diperoleh setelah keberhasilannya menterjemahkan
beberapa lembaran catatan kuno peninggalan Bangsa Maya. Dari hasil
terjemahan, diperoleh beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa
Bangsa Lemuria memang berusia lebih tua daripada peradaban nenek moyang
mereka (Atlantis).
Namun dikatakan juga, bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu
yang sama, sebelum kemudian sebuah bencana gempa bumi dan air bah dasyat
meluluh-lantahkan dan menenggelamkan kedua peradaban maju masa silam
tersebut.
Hingga saat ini, letak dari Benua Lemuria pada masa silam masih
menjadi sebuah kontroversi, namun berdasarkan bukti arkeologis dan
beberapa teori yang dikemukakan oleh para peneliti, kemungkinan besar
peradaban tersebut berlokasi di Samudera Pasifik (disekitar Indonesia
sekarang).
Banyak arkeolog mempercayai bahwa Easter Island atau Pulau Paskah
yang misterius itu merupakan bagian dari Benua Lemuria. Hal ini jika
dipandang dari ratusan patung batu kolosal yang mengitari pulau dan
beberapa catatan kuno yang terukir pada beberapa artifak yang mengacu
pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa silam.
Mitologi turun temurun para suku Maori dan Samoa yang menetap di
pulau-pulau disekitar Samudera Pasifik juga menyebutkan bahwa dahlulu
kala pernah ada sebuah daratan besar besar di Pasifik yang yang hancur
diterjang oleh gelombang pasang air laut dasyat (tsunami), namun
sebelumnya bangsa mereka telah hancur terlebih dahulu akibat peperangan.
Keadaan Lemuria sendiri digambarkan sangat mirip dengan peradaban
Atlantis, memiliki tanah yang subur, masyarakat yang makmur dan
penguasaan terhadap beberapa cabang ilmu pengetahuan yang mendalam.
Faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah landasan pokok bagi
Bangsa Lemuria untuk berkembang pesat menjadi sebuah peradaban yang maju
dan memiliki banyak ahli atau ilmuwan yang dapat menciptakan suatu
trobosan baru dalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi mereka. Seperti
banyak dikemukakan oleh beberapa pakar spiritual dan arkeologi, bahwa
bangsa Lemurian dan Atlantean menggunakan crystal secara intensif dalam
kehidupan mereka.
Edgar Cayce, seorang spiritualis Amerika melalui ilmu cenayangnya
berkali-kali mengungkapkan hal yang sama. Kuil-kuil Lemuria dan Atlantis
menempatkan sebuah kristal generator raksasa yang dikelilingi
kristal-kristal lain, baik sebagai sumber tenaga maupun guna berbagai
penyembuhan.
Banyak info mengenai Atlantis dan Lemuria diperoleh dengan
men-channel kristal-kristal ‘old soul’ yang pernah digunakan pada kedua
jaman ini. Beberapa monumen batu misterius berhasil ditemukan di bawah
perairan Yonaguni, Jepang. Mungkinkah monumen-monumen itu merupakan
sisa-sisa dari peradaban Lemuria?
Namun, berbeda dengan bangsa Atlantis yang lebih mengandalkan fisik,
teknologi dan gemar berperang, bangsa Lemuria justru dipercaya sebagai
manusia-manusia dengan tingkat evolusi dan spiritual yang tinggi, sangat
damai dan bermoral. Menurut Edgar Cayce, munculnya Atlantis sebagai
suatu peradaban super power pada saat itu (kalau sekarang mirip Amerika
Serikat begitulah) membuat mereka sangat ingin menaklukkan bangsa-bangsa
di dunia, diantaranya Yunani dan Lemuria yang dipandang oleh para
Atlantean sebagai peradaban yang kuat.
Berbekal peralatan perang yang canggih serta strategi perang yang
baik, invansi Atlantis ke Lemuria berjalan seperti yang diharapkan.
Karena sifat dari Lemurian yang menjunjung tinggi konsep perdamaian,
mereka tidak dibekali dengan teknologi perang secanggih bangsa
Atlantean, sehingga dalam sekejap, Lemuria pun jatuh ke tangan Atlantis.
Para Lemurian yang berada dalam kondisi terdesak, ahirnya banyak
meninggalkan bumi untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain yang
memiliki karakteristik mirip bumi, mungkin keberadaan mereka saat ini
belum kita ketahui (ada yang mengatakan saat ini mereka tinggal di
Planet Erra/Terra digugus bintang Pleiades).
Mungkin kisah para Lemurian yang meninggalkan bumi untuk menetap di
planet lain ini sedikit tidak masuk akal, tapi perlu kita ketahui bahwa
teknologi mereka pada saat itu sudah sangat maju, penguasaan teknologi
penjelajahan luar angkasa mungkin telah dapat mereka realisasikan di
jauh-jauh hari.
Tentunya penguasaan teknologi yang sama pada era peradaban kita ini,
belum bisa disandingkan dengan kemajuan teknologi yang mereka ciptakan.
Dari sekelumit kisah yang diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa para
Lemurian tidak musnah oleh bencana gempa bumi dan air bah seperti yang
dialami oleh para Atlantean, namun karena peranglah yang membuat
sebagian dari mereka berguguran.
Sementara semenjak kekalahannya oleh bangsa Atlantis, otomatis
wilayah Lemuria dikuasai oleh para Atlantean, sampai saat ahirnya
daratan itu diterpa oleh bencana yang sangat dasyat yang kemudian
menenggelamkannya bersama beberapa daratan lainnya, termasuk diantaranya
Atlantis itu sendiri.
Oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D.
MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh
hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu
mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai
Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan Atlantis?
Plato (427 – 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi
berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa,
pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan
bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau
Atlantis.
Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan
bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia.
Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku
Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization
of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33
perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi,
dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah
Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya,
ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan
bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Konteks Indonesia
Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr.
Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan
Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan
perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu
kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk
penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara
Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah
dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua
yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai
pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan
dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang
akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa
itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es
(era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara
bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu,
maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang
mencair.
Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung
Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di
Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan
puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di
kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian
Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau
menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Portugis), Atalaya (Spanyol).
Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat
dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi,
dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera
Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan
dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.
Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi
secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di
kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein dan Stephen
Hawking.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil
itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung
berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera
sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung
berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan
luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai
benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh
gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan
gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia,
tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai
bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua
Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh
Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti
tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena
itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed
magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya
lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos
sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah
Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia.
Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di
antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung,
Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari
gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya
tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian
meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan
gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur
yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak
bisa ditembus atau dimasuki.
Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing,
penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah
tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan
lumpur panas dari masa yang lampau.
Penulis, Direktur Kehormatan International Institute of Space Law (IISL), Paris-Prancis
Jadi Sebenarnya Indonesia adalah wilayah ahli waris Atlantis, tentu
harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam
pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat
peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana
telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah
dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat
mengatasinya.